Politikus, negarawan dan sebagainya
Anna Pavlovna Saint Petersburg,
18 Januari 1795 -
Den Haag,
1 Maret 1865), atau sering ditulis sebagai
Anna Paulowna, adalah istri
Raja Willem II dari
Belanda. Mereka menikah pada tanggal
21 Februari 1816.
Anna adalah putri
tsar Paul I dan saudari tsar
Alexander I.
Willem II dan Anna mendapat 3 tiga anak:
Willem III dari Belanda,
Pangeran Hendrik dari Luxemburg dan Sophie.
Orang
Belanda menyebutnya "Anna Paulowna" dan kota
Anna Paulowna dinamakan begitu untuk menghormatinya.
Ratu
Juliana Louise Marie Wilhelmina van Oranje-Nassau (lahir di
Den Haag,
30 April 1909 – meninggal di
Baarn,
20 Maret 2004 pada umur 94 tahun) adalah Ratu Kerajaan
Belanda dari
6 September 1948, sampai tanggal
30 April 1980, ulang tahun beliau yang ke-71, ketika putrinya Ratu
Beatrix naik takhta.
Juliana menikah dengan
Bernhard zur Lippe Biesterfeld, seorang bangsawan
Jerman, pada tanggal
7 Januari 1937 dan mendapatkan empat anak
Beatrix (1938),
Irene (1939),
Margriet (1943), dan
Marijke (1947) yang namanya kemudian diganti menjadi
Christina.
Ratu Juliana naik takhta menggantikan ibunya,
Wilhelmina, antara tahun 1947 – 1948. Pada
27 Desember 1949, ialah yang secara resmi menyerahkan kedaulatan
Hindia Belanda kepada ketua delegasi
Indonesia,
M. Hatta, dalam pertemuan di
Istana Dam,
Amsterdam.
Rakyat Belanda menyukainya karena ia tidak terlalu menjunjung formalitas. Putrinya, Beatrix, malah dikenal lebih formal, seperti ayahnya, Pangeran Bernhard.
Ratu Juliana pernah ke
Indonesia pada tahun 1972 sambil membawa "oleh-oleh", antara lain naskah
manuskrip Kakawin Nagarakretagama. Naskah
lontar ini berasal dari
Lombok dan sampai ke Belanda karena dijarah oleh
KNIL pada tahun 1894, sewaktu tentara Belanda menaklukkan Lombok.
Meski telah mengundurkan diri dari
politik sejak tahun 1980, ia masih aktif di bidang
sosial sampai tahun 1995.
Kehidupan Awal
Juliana dilahirkan di
Den Haag, anak dari
Pangeran Hendrik, Duke dari Mecklenburg-Schwerin dan
Ratu Wilhemina dari Belanda. Juliana menghabiskan masa kecilnya di
Istana Het Loo di
Apeldoorn, dan di
Istana Noordeinde serta
Istana Huis ten Bosch di Den Haag. Sebuah sekolah kecil dibangun di Istana Noordeinde atas saran pengajar Jan Lightart sehingga, ketika berumur enam tahun, sang Putri bisa mendapatkan edukasi utamanya bersama dengan teman sebayanya. Teman sebayanya ialah
Baroness Elise Bentinck,
Baroness Elisabeth van Hardenbroek dan
Jonkvrouw Miek de Jonge
Seperti yang tercantm di konstitusi Belanda kalau dia harus siap meneruskan tahta di umur 18, pendidikan Putri Juliana berlangsung lebih cepat dari kebanyakan anak lainnya. Setelah 5 tahun pendidikan dasar, sang Putri mendapatkan pendidikan lanjutannya (hingga tingkat pra-
universitas) oleh tutor privat. Pada
30 April 1927, Putri Juliana merayakan ulangtahunnya yang ke delapanbelas. Dibawah konstitusi, dia secara resmi telah sampai pada umur yang cukup dan diasumsikan sudah bisa menerima hak preogratif kerajaan, jika dibutuhkan. Dua hari kemudian ibunya menempatkan dia di “Raad van State” (“Dewan Negara”). Seorang wanita yang pendiam, pemalu dan masih muda yang mana ibunya yang religius berat melarangnya untuk menggunakan make-up, Juliana tidak cocok dengan imej seorang Putri Kerajaan. Dia akan, tanpa terkecuali, dicintai nyaris semua rakyat Belanda.
Di tahun yang sama, sang Putri masuk sebagai murid di
Universitas Leiden. Di tahun pertamanya masuk universitas, dia menghadiri kuliah di
sosiologi,
jurisprudensi,
ekonomi,
sejarah agama, sejarah parlementer dan
hukum konstitusional. Di tengah masa pendidikannya dia juga masuk kelas tentang budaya
Suriname dan
Antillen Belanda,
Piagam Kerajaan Belanda,
hukum internasional,
bidang internasional, sejarah, dan
hukum Eropa. Dia juga diajar privat oleh
C. Snouck Hurgronje dalam agama
islam yang diamalkan oleh kebanyakan orang di
Koloni Belanda.
ejalan dengan berlalunya waktu, Ratu Wilhemia mulai mencari suami yang cocok untuk putrinya. Ini lumayan sulit untuk seorang Pangeran yang Protestan untuk cocok dengan standar Kerajaan Belanda yang ketat. Putri dari
Britania Raya dan Swedia telah memberi calon tetapi ditolak oleh sang Putri. Setelah bertemu yang mulia
Pangeran Bernard dari Lippe Bietersfeld pada
Olimpiade Musim Dingin 1936 di
Bavaria, Pertunangan kerajaan Putri Juliana diatur oleh ibunya. Pangeran Bernhard adalah seorang pebisnis yang baik dan biarpun bukanlah playboy, merupakan “orang kota” yang gaya hidupnya mencengangkan. Putri Juliana jatuh cinta berat dengan tunangannya, cinta yang bertahan seumur hidup dan tak terpisahkan selama peperangan dengan banyaknya skandal diluar nikah dan anak sang Pangeran yang diketahui publik. Di dokumen yang legal yang menyatakan apa yang harus Pangeran
Jerman boleh dan tidak boleh dilakukan, dan jumlah uang yang dia bisa harapkan dari kekayaan besar Keluarga Kerajaan Belanda, sang Ratu Wilhemmia tidak ada lagi kesempatan. Dokumen tersebut ditandatangani dan pertunangan pasangan tersebut diumumkan pada
8 September 1936.
Pengumuman pernikahan memisahkan negara itu karena ada yang tidak percaya akan kepemimpinan
Adolf Hitler. Setelah pernikahan, pada
24 November 1936, Pangeran Bernhard diberikan kewarganegaraan Belanda dan mengganti pengejaan namanya dari Jerman ke Belanda. Mereka menikah di Den Haag pada
7 Januari 1937, tanggal dimana kakek dan nenek Juliana,
Raja William III dan
Ratu Emma, menikah 58 tahun sebelumnya. Upacara sipilnya diadakan di Balaikota The Hague dan pemberkatannya di Gereja Agung (St. Jacobskerek), juga di The Hague. Pasangan muda ini kemudian membeli rumah di
Istana Soestdijk,
Baarn
Ilmuwan, penulis, filsuf dan sebagainya
Marion Bloem
Marion Bloem (lahir di
Arnhem,
24 Agustus 1952; umur 57 tahun) adalah seorang penulis buku dan sutradara Belanda. Kedua orang tuanya berasal dari
Indonesia dan mereka adalah
orang Indo yang berhijrah ke Belanda pada tahun
1950. Ia sekolah
HBS di
Amersfoort. Lalu pada tahun
1971 ia berkuliah
psikologi di
Universitas Utrecht, di mana ia lulus pada tahun 1976. Semenjak tahun 1971 ia hidup bersama tanpa menikah dengan Ivan Wolffers, seorang penulis juga dan mereka dikaruniai satu putra.
Salah satu karya Marion yang terkenal adalah bukunya
Ver van familie (buku) (1999) yang kemudian dijadikan
film pada tahun
2008.
Geertjan Lassche (lahir di
Zwolle,
17 Agustus 1976; umur 33 tahun) adalah seorang reporter dan pembuat film dokumenter Belanda.
Ia memulai karir jurnalistiknya pada tahun 1996 di surat kabar De Zwolsche Courant. Selain itu ia juga bekerja secara freelance untuk antara lain RTV Oost, Omroep Gelderland, Radio 1 dan majalah Nieuwe Revu. Selain itu ia juga menulis untuk majalah Kijk dan Voetbal International. Dua tahun kemudian, dokumenter radionya mengenai kehidupan sehari-hari di daerah pedesaan mendapatkan penghargaan juara kedua pada perlombaan RVU-Radioprijs.
Lassche semenjak tahun 2000 bekerja pada televisi nasional Belanda, pertama-tama untuk programa Twee Vandaag dan semenjak tahun 2004 untuk Netwerk. Ia antara lain bisa merunut ulang rencana aktivis
Republik Maluku Selatan (RMS) untuk menyandera Ratu Juliana dan menduduki Istana Soestdijk. Namun aksi radikal ini yang direncanakan untuk dilaksanakan pada tahun 1975, gagal karena ada yang memberi tip BVD atau dinas intelijen Belanda pada saat-saat terakhir. Etienne Urka, seorang tokoh yang dikenal oleh polisi dan kala itu suka bergaul dengan orang-orang RMS di Belanda, mengaku kepada Lassche bahwa dia memberi tahu BVD dari dalam penjara mengenai aksi kaum RMS ini.
Ia menjadi terkenal dengan liputannya mengenai “Pertempuran orang Polandia yang dilupakan dalam memperebutkan Arnhem” di mana ia mewawancarai Pangeran Bernhard. Wawancara ini merupakan wawancara jurnalistik televisi yang terakhir sebelum beliau wafat. Oleh karena liputan Lassche ini, Brigade Parasut Polandia Merdeka Pertama mendapat penghargaan militer Willems-Orde yang diserahkan oleh Ratu Beatrix. Selain itu pemimpin brigade ini, yaitu Stanisław Sosabowski secara anumerta mendapat penghargaan Bronzen Leeuw. Di Polandia pemulihan nama baik secara luas dipantau dan Lassche pada gilirannya juga mendapat penghargaan: pada tanggal 30 Januari 2007 ia mendapatkan penghargaan militer dan kenegaraan. Pada pemberian penghargaan ini, salah seorang cucu Mayor Jenderal Sosabowski juga hadir.
Pada tahun 2005 Lassche membuat sebuah serial liputan mengenai kebijaksaan orang asing Belanda. Ternyata pemerintahan Belanda secara sengaja memberikan informasi rahasia kepada pemerintahan Kongo-Kinshasa, suatu hal yang sebelumnya selalu disangkal oleh Menteri Rita Verdonk. Pembeberan rahasia ini menghasilkan perdebatan-perdebatan sengit dan sebuah mosi tidak percaya kepada Verdonk yang ditolak dengan mayoritas minim. Untuk liputan ini Lassche mendapatkan penghargaan Gouden Tape (Kaset Emas), sebuah penghargaan hiburan untuk talenta muda dalam bidang jurnalistik.
Dokumenter historisnya “‘t Was maar een mof” (“Dia hanyalah seorang Jerman”) mengisahkan cerita seorang tentara Jerman Karl Heinz Rosch yang pada masa pendudukan Belanda oleh Jerman menyelamatkan nyawa dua orang bocah namun tewas sendiri. Cerita ini lalu menjadi terkenal dan hasilnya ialah bahwa pada bulan November 2008, sebuah patung untuk serdadu Jerman ini didirikan.
Pada tahun 2007 Lassche membeberkan skandal-skandal adopsi di Kolombia, India dan China. Hal ini membuat heboh para anak angkat, orang tua angkat dan biro adopsi serta Departemen Kehakiman. Beberapa komisi pencari fakta yang ditugasi menyelidiki hal ini mengakui akan adanya hal-hal yang tidak beres dan memberi saran supaya lebih ketat dilakukan pengawasan dan ditetapkannya kebijaksanaan baru.
Pada tahun 2008 Lassche dinominasikan dua kali untuk
De Tegel, penghargaan tahunan jurnalistik Belanda.
Pada akhir tahun 2008, film
De boer die zou gaan emigreren ("Petani yang mau beremigrasi") yang dibuat oleh Lassche dinominasikan untuk Internationaal Documentaire Festival in Amsterdam (IDFA). Film ini lalu dirilis secara perdana pada tanggal 25 November 2008 di Tuschinski Theater di Amsterdam. Pada awal bulan Januari dokumenter ini ditayangkan di televisi dan banyak ditonton (andil 17 persen).
Anne Frank
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Anne Frank |
![AnneFrankDiaryofaYoungGirl1995.jpg](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_uiQ0bj10g488pzXuASZMR2kvJJXG08WjDtY9FgnDzYaTf0YIcau2b8tZ6URFRZRidohJ0e33fWFyhN48udaJlxpmLvIYc4OKvw_kshOz4RwL3mV37NWdBQfcxZ6sp5496gtksn-SnEQ8pOCbUgqqi9mfTJNjztVFv84KmxZG1aGa1FTl_Sovm2v16SpwGiYhbYzh1bM-zQZaVKbdqbQwV4T78=s0-d)
Sampul diari "Definitive Edition" (1995). Potret Anne diambil saat ia bersekolah di Sekolah Montessori tahun 1941. |
Pekerjaan | Penulis yang dipublikasikan pasca-meninggal |
Kebangsaan | Jerman (lahir), dinyatakank stateless, ingin menjadi orang Belanda.[1] |
|
|
Annelies Marie "Anne" Frank (
12 Juni 1929 – Februari/Maret
1945) adalah seorang perempuan kaum
Yahudi yang menulis sebuah
buku harian ketika ia bersembunyi bersama keluarga dan empat temannya di
Amsterdam semasa pendudukan
Nazi di
Belanda pada
Perang Dunia II. Setelah bersembunyi selama dua tahun, grup mereka dikhianati dan mereka dibawa ke
kamp konsentrasi yang mengakibatkan seluruhnya tewas kecuali Otto, ayah Anne. Otto kembali ke Amsterdam dan dia menemukan buku harian anaknya. Karena yakin akan uniknya catatan tersebut, Otto berusaha mempublikasikannya.
Buku harian tersebut diberikan kepada Anne pada ulang tahunnya yang ketiga belas dan mencatat rentetan peristiwa-peristiwa kehidupan Anne dari
12 Juni 1942 hingga catatan terakhir pada
1 Agustus 1944. Akhirnya buku harian itu diterjemahkan dari
bahasa Belanda ke berbagai bahasa dan menjadi salah satu buku yang paling banyak dibaca di dunia. Beberapa produksi teater dan film juga mengangkat tema diari ini. Buku harian yang digambarkan sebagai karya yang dewasa dan berwawasan ini menyodorkan potret kehidupan sehari-hari yang mendalam di bawah pendudukan Nazi; melalui tulisannya, Anne Frank menjadi salah satu korban
Holocaust yang paling banyak dibicarakan.
Periode yang tercatat dalam buku harian
Sebelum ke persembunyian
Untuk ulang tahunnya yang ketiga belas pada
12 Juni 1942, Anne menerima sebuah buku catatan kecil yang dia tunjuk pada bapaknya dalam sebuah jendela toko beberapa hari sebelumnya. Meskipun buku itu sebuah buku
tanda tangan, Anne memutuskan untuk menggunakannya sebagai sebuah buku harian. Dia mulai menulis segera, menggambarkan dirinya, keluarganya, dan teman-temannya, teman cowok yang dia sukai dan tempat-tempat yang dia suka kunjungi di sekitar tempat tinggalnya. Meskipun isi awal ini menggambarkan dia sebagai seorang gadis kecil yang biasa, dia juga menggambarkan perubahan yang terjadi setelah pendudukan Jerman.
Pranala luar
Referensi
- ^ She lost her German nationality in 1941 and was stateless thereafter, but she aimed at being Dutch. See Diary, May 22, 1944
- ^ Müller, pp. 143, 180–181, 186